Pakaian adat

13:41
                                             Pakaian Adat Pakpak

 Keragaman budaya adalah satu kekayaan bangsa Indonesia. Banyaknya suku bangsa di Indonesia dengan ciri budaya masing-masing menjadi aset bangsa yang beharga yang tidak dimiliki bangsa lain. Kekayaan budaya ini harus tetap terawat dan dilestarikan oleh generasi penerus. Karena itu semua juga menjadi identitas yang melekat bagi sebuah suku bangsa yang bisa menun jukkan jati diri.
Sangat banyak kekayaan budaya tersebut, seperti rumah adat, lagu daerah, situs peninggalan bersejarah, pakaian tradisional dan sebagainya. Pada artikel ini Pakpak Bharat Blog memaparkan penjelasan tentang bagaimana Pakaian tradisional Suku Pakpak secara umum. Suku Pakpak adalah satu suku di Sumatera Utara, sebagaimana dengan suku lain, suku Pakpak juga memiliki kekayaan budaya tersebut. Berikut ini adalah gambaran umum Pakaian Adat Pakpak yang ditulis oleh Bapak Muda Banurea seorang pemerhati kebudayaan Pakpak yang merupakan orang Pakpak Asli.
Busana budaya Pakpak (Pakaian Adat Pakpak) yang lazim digunakan kini oleh masyarakat Pakpak adalah busana kebanggaan yang menggambarkan keagungan, tetapi penuh kesantunan. Ada demikian banyak perangkat yang melekat dalam baju Pakpak secara Paripurna. Tidak dipungkiri bahwa tentu, bentuk jenis bahan dan coraknya mengalami beberapa kali perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Perkembangan busana secara nasional tentu pula memberikan pengaruh kuat. Terutama perkembangan teknologi pertekstilan.
Selain itu, pemakaian busana (Baju Adat Pakpak) dimaksud lebih dikonotasikan dalam penggunaan pada pesta-pesta (upacara adat ) atau kerja-kerja baik kerja njahat maupun kerja mbaik. Jadi bukan pada penggunaan keseharian. Busana ini kemudain terdokumentasikan secara kolektif oleh masyarakat Pakpak sebagai penggunanya.
Kini terdapat berbagai variasi baik pada model, bentuk api-api (manik-maniknya) yang tampaknya dimaksudkan untuk memperindah sebagai modifikasi dari bentuk semula. Bahkan terdapat pula upaya meletakkan beberapa komponen pendukung busana semisal borgot dan leppa-leppa yang personifikasikan lewat manik-manik yang terukir dan melekat pada baju.
Penempatan ini simbolik, menyerupai benda asli yang semestinya terdapat pada posisi dimana modifikasi diletakkan. Dapat dipahami bahwa ini juga dimaksudkan karena tidak banyak lagi orang Pakpak yang memiliki kedua jenis kalung Pakpak itu. Disisi lain secara ekonomis dengan bahan emas atau perak berlapis emas dinilai terlalu mahal. Dengan demikian belum ditemukan kesepakatan tertulis dan bersifat final terhadap berbagai modifikasi ini.
Tetapi inisiatif dan inovasi semacam itu harus dipahami sebagai bentuk kreatifitas yang patut dihargai. Sebab jika harus disesuaikan dengan bentuk atau model asal, sulit didapatkan kesamaan pandangan. Hal ini dikarenakan variasi pengalaman dari masing-masing warga masyarakat, termasuk disebabkan oleh perbedaan kelas ekonomi yang tentu mempengaruhi pula kelengkapan busana yang biasa digunakan. Pada kalangan muda perubahan oleh karena modifikasi itu tentu lebih dapat diterima dibanding generasi yang lebih tua. Pada generasi ini sinisme pada upaya modifikasi masih saja terlihat.
Jika dahulu lebih banyak digunakan pada upacara-upacara adat bahkan pada upacara ritual kini upacara lain baik bersifat nasional maupun keagamaan juga semakin sering digunakan. Selain untuk kepentingan penyeragaman, terlihat pula refleksi rasa bangga untuk menampilkan tradisi dalam kegiatan-kegiatan publik. Perwujudan kebanggaan pada budaya sendiri.
Tidak mengerankan pada acara-acara sekolah, paduan suara gereja, penyambutan tamu pemerintah daerah dan acara hiburan lainnya busana Pakpak (Pakaian Adat Pakpak) mulai menjadi primadona. Kepercayaan diri, keinginan kuat untuk melestarikan budaya, dan rasa bangga terhadap budaya sendiri mulai mengemuka pada interkasi sosial masyarakat Pakpak. Hal ini pulalah yang barangkali mendorong munculnya berbagai variasi modifikasi.
Warna dominan pada busana Pakpak sebagaimana umumnya warna busana melayu adalah hitam, ditambah dengan variasi warna merah dan putih. Ketiga warna ini sering disebut “bennang sitellu rupa” dan diyakini sebagai warna dasar bagi masyarakat Pakpak. Meskipun dalam busana, warna merah putihnya tidak menonjol. Warna itu tidak saja terrefleksi pada baju tetapi juga pada oles dan peralatan lainnya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

mohon komentar yang membangun ya sob.......... :D EmoticonEmoticon